Allah tidak membutuhkan makhluq

Sabtu, 18 Juni 2011


Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam. [QS. Al-’Ankabut: 6]
Allah tidak membutuhkan makhluq-Nya. Allah bukanlah al-faqir, tetapi al-Ghaniyy. Allah Mahakaya dan tidak membutuhkan alam semesta. Allah tidak membutuhkan perhatian makhluq-Nya. Allah tidak membutuhkan amal shalih makhluq-Nya. Allah tak membutuhkan jihad makhluq-Nya. Allah tak membutuhkan shalat makhluq-Nya. Allah tak membutuhkan ketaqwaan makhluq-Nya.
Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya dari semesta alam, yaitu dari manusia, jin dan Malaikat, dalam arti kata Dia tidak memerlukan sesuatu pun dari mereka, juga Dia tidak membutuhkan ibadah mereka kepada-Nya.

Dari Abu Dzar Al Ghifari, Nabi bersabda bahwa Allah berfirman: ”Wahai hambaKu seandainya sejak orang pertama diantara kalian sampai orang terakhir, dari kalangan manusia dan jin semuanya berada dalam keadaan paling bertakwa diantara kamu, niscaya hal tersebut tidak menambah kerajaan-Ku sedikitpun. Wahai hamba-Ku seandainya sejak orang pertama di antara kalian sampai orang terakhir, dari golongan manusia dan jin di antara kalian, semuanya seperti orang yang paling durhaka di antara kalian, niscaya hal itu tidak mengurangi kerajaan-Ku sedikit pun juga. [HQR. Muslim]
Diriwayatkan dalam hadits Qudsiy dari Abu Hurairah ra dari Nabi SAW bahwa Allah SWT berfirman : ”Wahai Keturunan Adam, Aku sakit, tetapi kau tak menjenguk-Ku.” Maka berkatalah keturunan Adam : ”Wahai Allah, bagaimana aku menjenguk-Mu sedangkan Engkau Rabbul ’Alamin?” Maka Allah menjawab : ”Bukankah kau tahu hamba-Ku fulan sakit dan kau tak mau menjenguknya? Tahukah engkau bila kau menjenguknya maka akan kau temui Aku disisinya?” (Shahih Muslim)
Allah tidak benar-beanr sakit. Jika dikatakan bahwa Allah sakit tetapi tidak seperti sakitnya kita, maka itu perkataan kufur. Akan tetapi jika kita menjenguk orang yang sakit maka kita akan menemui Allah berada di sisi orang sakit itu. Allah berada di sisi orang yang sakit itu? Berada di sisinya?
Berkata Imam Nawawi berkenaan hadits qudsiy di atas dalam kitabnya yaitu Syarah Nawawiy alaa Shahih Muslim bahwa yang dimaksud sakit pada Allah adalah hamba-Nya, dan kemuliaan serta kedekatan-Nya pada hamba-Nya itu. ”Wa ma’na wajadtaniy indahu ya’niy wajadta tsawaabii wa karoomatii ’indahu” dan makna ucapan : ”Akan kau temui aku disisinya” adalah akan kau temui pahalaku dan kedermawanan-Ku di sisinya. (Syarh Nawawi ala Shahih Muslim Juz 16 hal 125)
Maka jelaslah bahwa Imam Nawawi telah mena’wil ”Wajadtanii ’indahuu” dengan adanya pahala dari Allah dan juga kedermawanan Allah bagi orang yang menjenguk orang yang sakit.
Allah ada sedangkan tempat belum ada, dan Dia tetap seperti semula, ada tanpa tempat. Dia telah memiliki sifat-sifat itu semenjak dahulu, sebelum mencipta. Dengan terciptanya para makhluq, tak bertambah sedikitpun sifat-sifat-Nya. Yang selalu tetap dengan sifat-sifat­Nya semenjak dahulu tanpa berawal, dan akan terus kekal dengan-Nya, sifat-sifat-Nya selamanya.
Maha suci diri-Nya dari batas-batas dan dimensi makhluk atau bagian dari makhluk, anggota tubuh dan perangkatnya. Dia tidak terkungkungi oleh enam penjuru arah (atas, bawah, depan, belakang, kanan, dan kiri) yang mengungkungi makhluk ciptaan-Nya.
Dia tidak membutuhkan ‘Arsy-Nya dan apa yang ada di bawah ’arsy. Dia menguasai segala sesuatu dan apa-apa yang ada di atas ’arsy.
اللَّهُمَّ أَنْتَ الْأَوَّلُ فَلَيْسَ قَبْلَكَ شَيْءٌ وَأَنْتَ الْآخِرُ فَلَيْسَ بَعْدَكَ شَيْءٌ وَأَنْتَ الظَّاهِرُ فَلَيْسَ فَوْقَكَ شَيْءٌ وَأَنْتَ الْبَاطِنُ فَلَيْسَ دُونَكَ شَيْءٌ
Ya Allah, Engkaulah Yang Awal, maka tidak ada sesuatu pun yang mendahului-Mu. Engkaulah Yang Akhir, maka tidak ada sesuatu setelah-Mu. Engkaulah Yang Zhahir, maka tidak ada sesuatu di atas-Mu. Engkaulah Al-Bathin, maka tidak ada sesuatu selain-Mu.  (HR. Muslim, Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Abu Dawud)

0 komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan pesan anda di sini