Paham Asy’ari

Sabtu, 18 Juni 2011


Sebagian ummat Islam tidak mengerti tentang madzhab Asy’ari, siapa orang-orang yang mengikuti imam Asy’ari, dan tidak mengerti manhaj mereka dalam masalah aqidah. Sebagian di antara mereka ada yang menisbatkan kesesatan kepada para pengikut Asy’ari atau menuduhnya keluar dari agama serta melenceng jauh dalam menyifati Allah.

Ketidak-tahuan inilah penyebab utama tercabik-cabiknya dan terpecah-belahnya golongan Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Sehingga sebagian di antara orang=orang yang tidak tahu itu mengklaim bahwa para pengikut Asy’ari itu termasuk kelompok sesat. Saya tidak tahu bagaimana mereka membandingkan antara kelompok yang beriman dan kelompok yang sesat?
Para pengikut Asy’ari (asya’irah) adalah orang-orang yang mendapatkan petunjuk. Mereka adalah ahlus sunnah yang menentang kezhaliman mu’tazilah. Mereka adalah seperti yang disampakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taymiyyah, “Ulama adalah penolong ilmu agama, sedangkan para pengikut Asy’ari adalah penolong-penolong pokok agama (ushuluddin/aqidah).” (Al-Fatawa Juz IV)
Di antara Asya’irah adalah ulama ahli hadits, fiqih dan tafzir. Di antara mereka adalah:
1. Ahmad bin Hajar al-Atsqalani, seorang syaikh muhadditin, pengarang kitab Fathul Bari, suatu Syarah Shahih Bukhari, beliau seorang ulama bermadzhab Asy’ari, di mana kitabnya selalu dibutuhkan para ulama.
2. Imam an-Nawawi, pengarang kitab Syarah Shahih Muslim dan pengarang kitab-kitab yang populer yang bermadzhab Asy’ari.
3. Imam al-Qurthubi, pengarang kitab al-Jami’ li Ahkamil Qur`an yang bermadzhab Asy’ari.
4. syaikhul Islam Ibnu Hajar al-Haitami, pengarang kitab a-Zawajir an Iqtiraf al-Kaba-ir yang bermadzhab Asy’ari.
5. Syaikhul Fiqh dan hadits Zakariya al-Anshori yang bermadzhab Asy’ari.
6. Imam Abu Bakr al-Baqillani.
7. Imam an-Nasafi.
8. Imam Syarbini.
9. Imam Ibnul Jauzi, pengarang kitab at-Tashil fi Ulumit Tanzil.
Mereka semua adalah para ulama yang bermadzhab Asy’ari. Sekiranya kita ingin menghitung ulama-ulama pakar hadits, fiqih, dan tafsir dari kalangan Asy’ari, niscaya kita mendapat kesulitan dan kita memerlukan berjilid-jilid kitab mereka untuk menjelaskan mereka semua. Sesungguhnya merupakan keharusan bagi kita untuk mengembalikan kebaikan kepada para pemiliknya, mengetahui keutamaan pemilik ilmu dan keutamaan para ulama yang berkhidmat kepada syari’at Muhammad SAW.
Kebaikan apa yang bisa kita harapkan, jika ulama-ulama dan para pendahulu kita yang shalih ini kita tuduh sesat dan melenceng? Bagaimana Allah akan membuka hati kita untuk menimba ilmu mereka jika kitapernah meyakini bahwa mereka telah melenceng dan sesat dari jalan Islam?
Jika Ahmad bin Hajar al-Atsqalani, Imam an-Nawawi, Imam al-Qurthubi, Ibnu Hajar al-Haitami, Zakariya al-Anshori, Imam Abu Bakr al-Baqillani, Imam an-Nasafi dan ulama-ulama pakar lainnya itu tidak termasuk Ahlus Sunnah wal Jama’ah, maka siapakah Ahlus Sunnah wal Jama’ah itu?

0 komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan pesan anda di sini